Wild thoughts (Pasal Pertama)


  1. Tuhan berpikir sebelum menciptakan.
  2. Dan tidak berpikir seperti mahkluk yang di ciptakan-Nya, karena Tuhan bisa berpikir sangat jauh dari pada sebaik-baiknya mahkluk-Nya.
  3. Pertama kali yang diciptakan Tuhan adalah pena. Dengan pena itu, Tuhan menuliskan apa yang akan diciptakan dan kejadian yang akan menimpa ciptaan-Nya. Kemudian setelah ratusan tahun, maka terjadilah apa yang dituliskan-Nya.
  4. Berawal dari Taman Surga yang memiliki keindahan melebihi ribuan keindahan yang pernah terlihat di bumi, dan ribuan kali lebih wangi dari pada wewangian terharum yang pernah dicium oleh manusia. Serta sangat terang meski tidak ada matahari sehingga tidak terasa panas dan menyilaukan. Di dalam surga, mengalir beberapa mata air yang tak pernah kering. Sedang air yang mengalir bukan terasa pahit, asin, manis, asam, atau pun hambar. Yang ada hanya kenikmatan-kenikmatan yang tak pernah dirasakan oleh lidah manusia. Hingga tidak ada keinginan untuk berhenti meminumnya. Dan semua yang ada di surga tak akan ada di dunia selain setetes diantara samudra.
  5. Bila menatap ke atas, tak akan terlihat langit karena yang ada hanya keindahan, terletak pada surga yang lebih tinggi. Dan yang tertinggi adalah arsy yang di singgahi oleh Tuhan. Dan arsy itu tidak ada yang bisa mengukur selain yang memilikinya.
  6. Kemudian Tuhan Maha Mengetahui di setiap biji-bijian dan setiap waktu yang berjalan. Serta Tuhan Maha Memiliki segalanya.
  7. Setiap amal ibadah tergantung niatnya, dan Tuhan lebih mendengarkan hati dari pada lidah.

19 Syawal 1429

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

30 September 2010

30 September 2010 (part 1)

25 September 2010
Terdengar sebuah mobil mewah masuk ke dalam pelataran rumah mewah. Dengan di kawal beberapa ajudan seorang petinggi negara mulai memasuki rumah, dan ketika akan masuk ke sebuah ruangan tempat orang-orang berkumpul, petinggi itu memberikan isyarat kepada para pengawalnya untuk menunggunya di luar ruangan.

ORang yang baru masuk itu, memberi salam kepada mereka yang telah ada di dalam ruangan. Seseorang menyambutnya dan mempersilahkannya," Pak Wiyoko silahkan duduk. Kami sudah menunggu Anda. Perkenalkan ini Iptu Hendro, kepala kepolisian wilayah kita, yang akan mencoba membantu Anda".

Orang yang di panggil Wiyoko menyahut," Terima kasih atas kehadiran Bapak-Bapak di sini. Saya merasa tidak sendirian sekarang dalam menghadapi kasus yang menimpa saya. Saya berharap, tuduhan yang dilayangkan kepada saya tidak mendapatkan hukuman yang berat. Kalau bisa, malah saya di bebaskan".

Orang yang memperkenalkan Iptu Hendro adalah seorang pengacara profesional yang sering menangani kasus para pejabat tinggi negara, ia bernama Muhtadi. Pengacara itu menyambung perkataan Wiyoko," Kalau bebas, saya kira itu tidak mungkin. Karena beberapa saksi telah memberatkan Anda dalam kasus ini. Apalagi bukti yang baru saja di dapatkan penyidik benar-benar membuat Anda skak mat. Ditambahkan lagi, saya ini masyarakat menunggu perkembangan kasus Anda".

Wiyoko menyahut dengan sedikit sinis," Ya, iya saya tahu itu. Tapi setidaknya saya tidak mendapatkan hukuman berat. Saya sedang butuh pengalihan pemberitaan media massa agar mereka tidak terlalu mengekspose kasus saya".

Iptu Hendro yang sedari tadidiam mengamati pembicaraan, mulai membuka mulutnya," Pak Wiyoko, untuk mengalihkan media massa, baru-baru ini ada kasus yang mungkin bisa membuat media massa sedikit berkurang dalam mengekspose kasus Anda. Yaitu kasus tentang skandal artis yang sedang booming. Kalau itu masih belum bisa mengalihkan, kita akan mencoba membuat drama 'Keberhasilan Densus 88".

Ternyata Wiyoko masih belum paham dengan baik, dia mencoba bertanya," Maksud dari drama 'Keberhasilan Densus' itu gimana? saya masih belum mengerti."

Iptu Hendro menyambung lagi," Kemarin Densus 88 telah berhasil melumpuhkan 3 orang teroris. Kali ini saya akan membuat seolah Densus berhasil menggagalkan bom bunuh diri yang ditujukan ke gedung Senayan. Saya hanya tinggal mencari 'pengantinnya' dan menyuruhnya pergi ke Senayan".

Wiyoko mengerti dan mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kemudian Muhtadi, si pengacara mulai memberikan arahan kepada Wiyoko cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penyidik nanti. Di dalam ruangan itu masih terdengar perbincangan-perbincangan yang sesekali ditambah dengan suara tawa.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan Sekedar AKU

Dilahirkan dari seorang ibu yang pernah melahirkan kedua saudaraku, pada dini hari tanggal 14 September 1986 di kota Tuban, Jawa Timur. Aku adalah Fuad Hasan putra Ahmad Kasno dan Endang Sundari merupakan orang biasa yang mempunyai masalah ekonomi yang pada waktu kecil aku tak mengerti. Setelah beberapa tahun, aku mulai mengingat dan ada secuil memori ketika aku belum masuk TK. Aku di dalam rumah kecil sangat sederhana yang berdinding anyaman bambu.

Aku suka bermain sendiri dan cukup pendiam waktu itu. Aku suka membeli jajan yang ada hadiah mainan seharga Rp 50,-. Pada waktu itu, jumlah uang itu cukup besar bagiku, karena aku memang dari keluarga yang cukup miskin. Aku asik dengan duniaku. Hingga aku terlupa sejak kapan aku mengenal Sugeng dan Andri.

Dan entah sejak kapan pula aku pindah rumah, aku tidak ingat. Yang jelas pada waktu masuk TK, aku telah tinggal serumah dengan kakek nenek yang jaraknya 5 langkah dari rumahku yang lama. Aku tidur dalam ruangan yang di sekat oleh triplek bersama kedua saudaraku.

Saat berangkat sekolah, beberapa teman dekat rumah menghampiri untuk berangkat bersama. Sarapan yang aku ingat waktu itu dengan nasi lauk layang (ikan untuk sarden). Dan teman di sekolah tidak ada yang spesial, semua hampir sama saja. Manja dan suka jajan. Tapi aku bukan salah satu dari dua golongan itu. Entah kenapa, di usiaku yang baru dua hari itu, aku mengerti kalau aku adalah anak orang miskin. Dan uang saku di sekolah adalah sebanyak Rp 50,- ketika teman-temanku telah mendapat uang saku sebesar Rp 200,-

Lalu sepulang sekolah, aku juga diberikan uang jajan sebesar Rp 50,- yang ditipkan oleh ibu kepada nenek. Kalau aku ingin jajan lebih dari seratus perak sehari, itu tidak mungkin bisa kalau tidak ada orang meninggal. Karena setiap ada orang yang meninggal, tentu keluarganya akan melemparkan uang receh di jalan yang akan dilewati mayat. Mestinya, anak kecil seusiaku takut kalau melihat ada keranda yang diusung.

Tak banyak dari masa kecil yang bisa aku ceritakan, karena semua hampir sama dengan yang lain kecuali saat semua anak kecil belajar naik sepeda, aku tidak. Karena aku tidak punya sepeda. Tapi entah kenapa aku tidak merengek untuk dibelikan sepeda. Ketika aku melihat anak orang kaya, pikiran kecil datang padaku, bagaimana rasanya jadi anak orang kaya?

 Tiba-tiba aku telah naik kelas ke B, dan aku tidak mengerti sejak kapan itu terjadi. Di sinilah aku mulai merasa menjadi anak besar karena aku punya adik kelas. Sedangkan Mas Fana (bila dari silsilah keluarga dia adalah pamanku) masih duduk di bangku A karena usianya masih dibawahku. Padahal dia masuk sekolah bersamaan denganku.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kangen

Rindu merajam jiwa,
mendekap pahit berjelaga darimu,
tak kulepaskan perih ini,
hingga berjumpa,
habiskan rindu,
dan pulihkan hati.

Tak bisakah kita persingkat waktu,
karena itu cukup pusingkan aku,
yang selalu terhantui,
dan meratapi.

Sungguh ku ingin bicara,
luangkan rasa padamu,
betapa rapuhnya,
ketika aku terbeku oleh waktu.

Kuatkah aku pada rindu,
sedangkan mataku sedang menatap gambarmu,
tak lelah mimpi menemui,
dan nyata yang menyakiti.

Rindu bagai semak di hatiku,
menutupi cahaya,
dan aku masih di dalamnya,
dalam lingkaran rindu.

Paciran,29052012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asriani BAB 4

Asriani BAB 3
Sebilah pedang terhunus dari lengan kekar. Membelah semak belukar pelindung hutan. Menyibak gelap hingga fajar, demi mencari makan sepiring. Dan mentari semakin menerangi hutan lewati celah-celah dedaunan pohon. Tanpa disangka, mata Hasan menangkap sesosok tubuh tergeletak di antara rimbun semak. Dia mendekati tubuh itu, dan tiba-tiba tubuh itu terkaget dan segera bangun.

Begitu terkejutnya Hasan, bahwa tubuh itu adalah gadis yang selalu ada di dalam benaknya. Dia adalah Asriani. Asriani seakan ketakutan dan dengan bergetar dia berkata," Tolong jangan bunuh aku". Dan Hasan semakin terkejut ketika mendengar kata-kata itu. Namun dia segera sadar dan mencoba menenangkan gadis itu," Tenang Nona, saya tidak ingin membunuh Nona. Saya Hasan. Saya kesini untuk mencari kayu bakar. Nona siapa? dan mengapa ada di sini sendirian?"

Meski Hasan telah mengutarakan maksudnya, gadis itu tidak langsung percaya karena di tangan Hasan masih tergenggam sebilah pedang tajam. Dan hasan mengerti, lalu segera menyimpan pedangnya itu. Dan melanjutkan,"Tenanglah. Saya tidak bermaksud jahat. Saya pernah berjumpa dengan Nona di desa Kemanbariau".

Gadis itu pun menjawab dengan diirngi tangis yang tersendat,"Aku di culik oleh para perampok dan di buang di sini. Jauhkah hutan ini dari Kemanbariau?"

Hasan tersenyum, karena gadis itu mulai percaya kepadanya, kemudian di jawablah pertanyaan gadis itu," Kalau berjalan kaki, sekitar satu hari satu malam. Siapakah nama Nona?"

"Asriani. Tolong, antar saya pulang," Jawab gadis, dan tentu saja hal itu membuat hati Hasan semakin gembira, karena sekarang dia telah tahu nama gadis yang ada di dalam lamunannya itu.

"Baiklah, saya akan menolong Nona. Tapi sebelumnya, silahkan Nona sarapan dulu dengan bekal yang saya bawa ini", lanjut Hasan dengan memberikan bekalnya.

Setelah semua selesai, keduanya menuju ke arah desa Kemanbariau.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kerinduan (lagi) 1

Adegan 1
Prolog
Tak ada cinta, yang tak terbagi,
tak ada cinta satu.
Tak ada rindu, yang tak terbagi,
tak ada rindu satu.
Semua cinta korupsi, semua cinta kolusi, dan semua juga cinta negeri ini.
Semua rindu jabatan, semua rindu kekuasaan, dan semua rindu keadilan.
Kemana lagi harus berlari, bila jalan menikung terjal,
Kemana harus mencari bila terang tak menunjukan.

(Lampu menyala. Seting kantor) Dua orang sedang berdialog berhadapan. Satu adalah pejabat pemerintahan dan satunya lagi adalah seorang pengusaha.

Pengusaha
Selamat, atas terlantiknya Bapak pada jabatan ini. Saya doakan agar semua lancar dan saya harap Bapak mengerti orang yang di bawah Bapak seperti saya ini.
Pejabat
Terima kasih. Hal ini tentu tidak akan terjadi tanpa dukungan saudara pula. Dan tentu saya tidak akan melupakan jasa-jasa Saudara. Apalagi Saudara telah berperan aktif mendukung kampanye saya.
Keduanya lalu tertawa.
Pengusaha
Pak, sebelumnya saya minta maaf.
Pejabat
Ada apa?
Pengusaha
Kalau boleh tahu, jadwal kerja Bapak seperti apa?
Pejabat
Yang pertama tentu seperti yang pernah saya kampanyekan dulu, yaitu peninjauan ke pasar-pasar tradisional untuk sidak harga sembako.
Pengusaha
Sekali lagi minta maaf ya Pak. Kapan kunjungan Bapak ke pabrik saya?
Pejabat
Oh, soal itu, Saya usahakan secepatnya bisa ke sana. Karena selain itu adalah tugas, saya juga suka dengan batik.
Pengusaha
Wah, bagus itu Pak. Nanti akan saya berikan batik terbaik dari pabrik saya.
Pejabat
Ah, Saudara tidak usah begitu. Sebenarnya, istri saya lebih menyukai batik dari pada saya.
Pengusaha
Itu masalah gampang Pak. Batik buat Ibu saya juga punya koleksi terbaik. Anda bisa membawakannya untuk Ibu.
Pejabat
Saudara tidak perlu repot seperti itu. Tapi sebelumnya, saya berterima kasih dulu. Karena istri saya sangat suka sekali dengan batik. Beliau punya koleksi batik dari beberapa daerah, seperti Pekalongan, Solo, Tuban, bahkan Madura juga punya.
Pengusaha
Brarti Ibu sangat mengerti batik ya Pak.
Pejabat
Bisa di katakan seperti itu.
Pengusaha
Baiklah Pak. Saya kira sampai di sini dulu perbincanga kita kali ini. Saya sangat menikmati kunjungan saya ini.
Pejabat.
Iya. saya juga berterima kasih, Saudara mau mampir ke kantor saya. Untuk masalah kunjungan saya ke pabrik Saudara, akan di beritahukan nanti oleh sekretaris saya. Dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih.

Keduanya berdiri, lalu berjabat tangan. Pengusaha keluar panggung. Lampu mulai redup dan mati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rayuan 1

Walau pun kamu tak mengacuhkanku, aku tak peduli. Aku akan tetap di sini sampai ada sedikit ruang di hatimu untuk kutanamkan benih rindu.

Sekarang kamu menolakku, tapi aku akan terus mengejarmu hingga darah terakhirku. Karena di dalam darahku ada rindu untukmu.

Sayang, apa pun yang kamu inginkan, akan aku berikan, asalkan tidak bulan dan bintang yang kamu minta, karena akan menjadi sainganmu di bumi ini.

Aku ingin menjadi pencuri, agar bisa kamu tahan dihatimu.

Sayang, apa pun yang kamu inginkan katakanlah. Aku akan mencoba mewujudkannya satu persatu untukmu.

Kasih, dengan kata mesra kita bisa tunjukan rasa sayang, dengan bergenggaman tangan kita bisa merasakan kehadiran cinta diantara kita, dan dengan ciuman kita bisa tautkan tali-tali rindu di hati kita.

Sayang, kemarin kamu habis beli gula dan gulanya tumpah ya? Karena kamu terlihat sangat manis.

Sayang, ujian kali ini aku pasti gagal, karena aku bakal mengisi lembar jawaban dengan 'Iya aku juga suka kamu'.

Yang membuat aku suka kamu itu adalah karena Ayah kamu seoarang polisi, jadi kamu pandai memborgol hatiku dan hatimu.

Sayang cita-citaku dulu itu menjadi seorang penjelajah, jadi aku sangat suka menjelajahi semua ruang dihatimu dan tancapkan bendera cinta di puncak hatimu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

30 September 2010

20 September 2010
Ditengah kebisuan malam terdengar suara sepeda lapuk dikayuh oleh seorang pria perpawakan tegap. Terlintas dipikiran banyak orang, sepeda itu sudah tak mampu lagi menahan beban pengayuhnya. Namun, bagi pria itu, Tuhan tidak akan memberikan mukjizat kepada hambanya yang hanya bisa berpangku tangan. Jadi apapun yang dimilikinya, biarlah disyukuri segala bentuk wujudnya. Meski banyak orang mencibir tetap saja tidak akan merubah nasibnya. Tukan jahit sepatu dan sandal tidak akan berubah menjadi pemilik pabrik sepatu dengan cibiran, yang bisa merubah hanyalah Tuhan dan kerja keras.

Kernyit sepeda semakin kentara tatkala malam makin senyap. Sesekali terdengar suara jangkrik dan desis ular memberi warna nada pada malam ini. Sepeda lapuk itu sudah sampai pada sebuah tempat tinggal yang lebih sering disebut dengan gubuk. Karena tidak ada serambi depan selain tumpukan sampah kardus. Tak ada cendela dan hanya pintu yang terbuat dari kayu triplik bekas yang mulai lapuk juga. Ditambah dengan tidak adanya dinding pemisah antar ruangan karena terlalu sempitnya gubuk itu untuk dipisahkan.

Tukang jahit sepatu meletakan sepeda pada tumpukan kardus bekas di depan rumah, lalu mengetuk pintu," Assalamu'alaikum..." Dan dari dalam gubuk ada yang menjawab do'a itu," Wa 'alaikumsalam, Pak?!"

Pintu terbuka dan terlihat seorang ibu tersenyum dengan menyambut bawaan yang dijinjing oleh sang bapak. Seolah ia ingin melepaskan beban yang ada di lengan bapak, suaminya itu. Suami duduk pada sofa bekas yang atasnya telah diberikan kardus agar lubang tertutupi dan bisa digubakan bersandar. Istri membawakan kopi sisa pagi tadi sebagai pengobat lelah.

"Atta sudah tidur Bu?", tanya suami setelah meminum kopi. "Sudah Pak. Atta juga sudah makan sebelum tidur. Tadi Bu Naning kemari dan memberi ayam gorang, katanya belinya kebanyakan. Lalu Atta saya suapi. Ini sisa ayam goreng Bu Naning itu Pak.," kata istri sambil menyodorkan sepiring nasi dengan ayam goreng disisi nasi.

"Ibu sudah makan?" tanya suami kembali. Dan dijawab," Sudah Pak, tadi sama Atta. Suami kembali melanjutkan perkataannya," Bu Naning selalu begitu ya Bu. Sampai aku tidak enak sendiri". Dan istri pun melanjutkan perkataannya," Ya itulah yang namanya orang kaya Pak. Selalu memberi karen selalu dapat lebih.

Pembicaraan dalam gubuk itu terus berlanjut hingga keduanya terhanyut dalam lelapnya malam.

***

25 September 2010
"Bu, Bapak hari ini tidak keliling dulu. Badanku rasanya lagi sakit," kata suami pada suatu subuh. " Ya sudah Pak. Memang sekarang lagi musimnya orang sakit. Nanti saya belikan obat kalau kiosnya Bu Marmi sudah buka", sahut ibu dengan mulai memijit tubuh suaminya itu." Tidak usah Bu. Mungkin dengan istirahat, besok juga sudah sehat lagi. Lebih baik kalau punya uang Atta dibelikan sarapan dengan telor, biar tidak mudah sakit", kata suami dengan tersenyum

Ibu membalas senyum dan berkata,"Pak kemarin Atta bicara sama ibu, katanya, Bu, Bapak kerjanya kan tukang jahit sepatu, jadi sepatu Atta banyak jahitannya. Tapi kalau Bapak kerjanya jualan sepatu, Atta kalau ke sekolah pasti tidak pakai sepatu. Trus saya tanya, lho kok tidak pakai sepatu? Dia jawab, iya dong Bu. Soalnya sepatunya Atta di jual sama Bapak". Keduanya tertawa dan Atta yang jadi bahan pembicaraan terbangun karena suara tawa itu. 

Atta adalah gadis kecil berusia 7 tahun, bila mengikuti pendidikan formal, mungkin sudah menginjak kelas 1 sekolah dasar. Tapi yang bisa diikuti oleh Atta hanyalah sekolah gratis yang dikelola oleh sebuah yayasan. Di sekolah itu hanya ada 2 kelas, yaitu kelas A dan B. Bila telah selesai dari sekolah itu, Atta harus melanjutkan kelas 1 di sekolah dasar. Dan itu akan terjadi tahun depan.

Atta kecil bagai lentera di gubuk itu. Dia bagaikan televisi berjalan untuk Bapak dan Ibunya, yang terkadang bisa membuat senang dan terhibur, kadang bisa membuat haru, bahkan tak luput juga membuat jengkel. Tapi bagi Bapak dan Ibunya, Atta adalah batu fairus yang tak pernah tersentuh tangan manusia, hanya Tuhan yang mampu mengukirnya.

"Atta tidak sholat shubuh?", tanya si Bapak, dan di jawab oleh gadis kecil itu dengan anggukan. Semua segera mengambil air wudhlu dan mulai melakukan sholat berjama'ah di dalam gubuk.

Jauh dari gubuk tukang jahit sepatu terdengar samar perbincangan orang dari dalam rumah mewah. Di sana telah berkumpul beberapa orang dan seakan masih menunggu orang lain lagi. Hingga matahari mulai terasa panas, orang yang ditunggu belum datang juga.

bersambung....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asriani BAB 3

Asriani BAB 2
Hari berubah dengan semestinya, malam masih tergantikan siang, pagi masih berselang, dan sore tak pernah lupa. Namun manusia masih manusia, yang masih diselubungi oleh nafsu akan sesuatu. Kemudian mati dengan membawa nafsu mereka.

Dari malam ke malam, tak disangka rumah Asriani telah diincar oleh para perampok yang telah siap melahap semua harta di dalam rumahnya. Tak terkira, pada bulan sabit para perampok itu membongkar jeruji-jeruji besi yang melindungi rumah kemudian mereka masuk dengan pedang terhunus di tangan mereka.

Betapa terkejutnya suami Asriani ketika di datangi para perampok saat dia tertidur di samping Asriani. Terdengar pelan namun jelas suara dari salah satu perampok itu,"Diam atau mati!". Dengan rasa terkejut, dan ketakutan sang suami bertanya ,"Apa yang kalian inginkan? Jangan bunuh kami, ambil semua harta yang kalian inginkan......". Di jawab oleh perampok yang lain,"Sekarang kamu bukan pada posisi memilih, jadi diamlah!"

Suami istri itu berpelukan ketakutan. Dari luar kamar, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak "PENCURI! PENCURI!" Maka ramailah suasana di dalam dan di luar rumah itu. Dari luar terlihat ada keramaian, dan tentu saja itu membuat ciut nyali para perampok. Tanpa pikir panjang, salah satu perampok menarik tangan Asriani hingga terlepas dari genggaman suami. Sang suami ingin merebut kembali, tetapi di cegah dengan pedang di depan lehernya.

"Jangan kalian bunuh dia", pinta suami dengan memelas. Tapi sepertinya permintaan itu di acuhkan mereka. Kemudian para perampok keluar lewat pintu belakang, yang ternyata di sana telah menunggu teman mereka yang bertugas membawa kuda. Dan menghilang di kegelapan malam dengan membawa Asriani yang mata dan mulutnya di penuhi oleh kain.

Dalam rumah, suami berteriak," TOLONG! TOLONG! MEREKA MEMBAWA ISTRIKU". Dan semua orang yang sedari tadi bersiaga depan rumah masuk ke dalam, dan mencoba mencari sumber suara. Yang mereka dapati adalah pria paruh baya yang menangisi istrinya. Sebagian pria mengejar para perampok, tapi tidak ada hasil.

Beberapa hari kemudian, suami Asriani masih mengurung diri di dalam kamar. Memikirkan kejadian yang menimpanya, betapa menyedihkan pria itu, yang telah kehilangan harta dan istrinya. Dalam hatinya, lebih baik dia kehilangan nyawa untuk merebutkan istrinya dari pada dia kehilangan semangat hidup dan yang ada hanya penyesalan. Meski pun dia telah menyeruh beberapa orang untuk mencari istrinya, itu tidak bisa mengobati kecemasan yang di deritanya.

Sedangkan pada waktu malam perampokan itu, Asriani yang dibawa oleh para perampok di buang di suatu hutan yang jauh dari tempat tinggalnya, bahkan jauh dari kehidupan manusia, setelah terjadi perdebatan antara para perampok. Dan Asriani waktu itu dalam keadaan takut dan hanya baju tidur yang dia kenakan. Sungguh dia benar-benar sendirian saat itu, selain Tuhan yang meneranginya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manusia.

sedikit saja,
aku inginkan darimu,
bukan kasih sayang atau perhatianmu,
tapi rasa manusia yang telah tenggelam,
jauh dari lubuk hatimu.

Kemudian biarlah ombak bertalu,
genderangkan nyanyian yang tak kamu mengerti,
aku pun tak mengerti.

Masihkah kamu perhatikan,
jangan berpikir sewajarnya,
melainkan sederhana,
dan hanya manusia.

Sulitkah untuk itu?
bila ya, berhentilah jadi manusia.

Paciran, 17 Maret 2012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS