Rindu merajam jiwa,
mendekap pahit berjelaga darimu,
tak kulepaskan perih ini,
hingga berjumpa,
habiskan rindu,
dan pulihkan hati.
Tak bisakah kita persingkat waktu,
karena itu cukup pusingkan aku,
yang selalu terhantui,
dan meratapi.
Sungguh ku ingin bicara,
luangkan rasa padamu,
betapa rapuhnya,
ketika aku terbeku oleh waktu.
Kuatkah aku pada rindu,
sedangkan mataku sedang menatap gambarmu,
tak lelah mimpi menemui,
dan nyata yang menyakiti.
Rindu bagai semak di hatiku,
menutupi cahaya,
dan aku masih di dalamnya,
dalam lingkaran rindu.
Kangen
Asriani BAB 4
Asriani BAB 3
Sebilah pedang terhunus dari lengan kekar. Membelah semak belukar pelindung hutan. Menyibak gelap hingga fajar, demi mencari makan sepiring. Dan mentari semakin menerangi hutan lewati celah-celah dedaunan pohon. Tanpa disangka, mata Hasan menangkap sesosok tubuh tergeletak di antara rimbun semak. Dia mendekati tubuh itu, dan tiba-tiba tubuh itu terkaget dan segera bangun.
Begitu terkejutnya Hasan, bahwa tubuh itu adalah gadis yang selalu ada di dalam benaknya. Dia adalah Asriani. Asriani seakan ketakutan dan dengan bergetar dia berkata," Tolong jangan bunuh aku". Dan Hasan semakin terkejut ketika mendengar kata-kata itu. Namun dia segera sadar dan mencoba menenangkan gadis itu," Tenang Nona, saya tidak ingin membunuh Nona. Saya Hasan. Saya kesini untuk mencari kayu bakar. Nona siapa? dan mengapa ada di sini sendirian?"
Meski Hasan telah mengutarakan maksudnya, gadis itu tidak langsung percaya karena di tangan Hasan masih tergenggam sebilah pedang tajam. Dan hasan mengerti, lalu segera menyimpan pedangnya itu. Dan melanjutkan,"Tenanglah. Saya tidak bermaksud jahat. Saya pernah berjumpa dengan Nona di desa Kemanbariau".
Gadis itu pun menjawab dengan diirngi tangis yang tersendat,"Aku di culik oleh para perampok dan di buang di sini. Jauhkah hutan ini dari Kemanbariau?"
Hasan tersenyum, karena gadis itu mulai percaya kepadanya, kemudian di jawablah pertanyaan gadis itu," Kalau berjalan kaki, sekitar satu hari satu malam. Siapakah nama Nona?"
"Asriani. Tolong, antar saya pulang," Jawab gadis, dan tentu saja hal itu membuat hati Hasan semakin gembira, karena sekarang dia telah tahu nama gadis yang ada di dalam lamunannya itu.
"Baiklah, saya akan menolong Nona. Tapi sebelumnya, silahkan Nona sarapan dulu dengan bekal yang saya bawa ini", lanjut Hasan dengan memberikan bekalnya.
Setelah semua selesai, keduanya menuju ke arah desa Kemanbariau.
Kerinduan (lagi) 1
Adegan 1
Prolog
Tak ada cinta, yang tak terbagi,
tak ada cinta satu.
Tak ada rindu, yang tak terbagi,
tak ada rindu satu.
Semua cinta korupsi, semua cinta kolusi, dan semua juga cinta negeri ini.
Semua rindu jabatan, semua rindu kekuasaan, dan semua rindu keadilan.
Kemana lagi harus berlari, bila jalan menikung terjal,
Kemana harus mencari bila terang tak menunjukan.
(Lampu menyala. Seting kantor) Dua orang sedang berdialog berhadapan. Satu adalah pejabat pemerintahan dan satunya lagi adalah seorang pengusaha.