Kangen

Rindu merajam jiwa,
mendekap pahit berjelaga darimu,
tak kulepaskan perih ini,
hingga berjumpa,
habiskan rindu,
dan pulihkan hati.

Tak bisakah kita persingkat waktu,
karena itu cukup pusingkan aku,
yang selalu terhantui,
dan meratapi.

Sungguh ku ingin bicara,
luangkan rasa padamu,
betapa rapuhnya,
ketika aku terbeku oleh waktu.

Kuatkah aku pada rindu,
sedangkan mataku sedang menatap gambarmu,
tak lelah mimpi menemui,
dan nyata yang menyakiti.

Rindu bagai semak di hatiku,
menutupi cahaya,
dan aku masih di dalamnya,
dalam lingkaran rindu.

Paciran,29052012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Asriani BAB 4

Asriani BAB 3
Sebilah pedang terhunus dari lengan kekar. Membelah semak belukar pelindung hutan. Menyibak gelap hingga fajar, demi mencari makan sepiring. Dan mentari semakin menerangi hutan lewati celah-celah dedaunan pohon. Tanpa disangka, mata Hasan menangkap sesosok tubuh tergeletak di antara rimbun semak. Dia mendekati tubuh itu, dan tiba-tiba tubuh itu terkaget dan segera bangun.

Begitu terkejutnya Hasan, bahwa tubuh itu adalah gadis yang selalu ada di dalam benaknya. Dia adalah Asriani. Asriani seakan ketakutan dan dengan bergetar dia berkata," Tolong jangan bunuh aku". Dan Hasan semakin terkejut ketika mendengar kata-kata itu. Namun dia segera sadar dan mencoba menenangkan gadis itu," Tenang Nona, saya tidak ingin membunuh Nona. Saya Hasan. Saya kesini untuk mencari kayu bakar. Nona siapa? dan mengapa ada di sini sendirian?"

Meski Hasan telah mengutarakan maksudnya, gadis itu tidak langsung percaya karena di tangan Hasan masih tergenggam sebilah pedang tajam. Dan hasan mengerti, lalu segera menyimpan pedangnya itu. Dan melanjutkan,"Tenanglah. Saya tidak bermaksud jahat. Saya pernah berjumpa dengan Nona di desa Kemanbariau".

Gadis itu pun menjawab dengan diirngi tangis yang tersendat,"Aku di culik oleh para perampok dan di buang di sini. Jauhkah hutan ini dari Kemanbariau?"

Hasan tersenyum, karena gadis itu mulai percaya kepadanya, kemudian di jawablah pertanyaan gadis itu," Kalau berjalan kaki, sekitar satu hari satu malam. Siapakah nama Nona?"

"Asriani. Tolong, antar saya pulang," Jawab gadis, dan tentu saja hal itu membuat hati Hasan semakin gembira, karena sekarang dia telah tahu nama gadis yang ada di dalam lamunannya itu.

"Baiklah, saya akan menolong Nona. Tapi sebelumnya, silahkan Nona sarapan dulu dengan bekal yang saya bawa ini", lanjut Hasan dengan memberikan bekalnya.

Setelah semua selesai, keduanya menuju ke arah desa Kemanbariau.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kerinduan (lagi) 1

Adegan 1
Prolog
Tak ada cinta, yang tak terbagi,
tak ada cinta satu.
Tak ada rindu, yang tak terbagi,
tak ada rindu satu.
Semua cinta korupsi, semua cinta kolusi, dan semua juga cinta negeri ini.
Semua rindu jabatan, semua rindu kekuasaan, dan semua rindu keadilan.
Kemana lagi harus berlari, bila jalan menikung terjal,
Kemana harus mencari bila terang tak menunjukan.

(Lampu menyala. Seting kantor) Dua orang sedang berdialog berhadapan. Satu adalah pejabat pemerintahan dan satunya lagi adalah seorang pengusaha.

Pengusaha
Selamat, atas terlantiknya Bapak pada jabatan ini. Saya doakan agar semua lancar dan saya harap Bapak mengerti orang yang di bawah Bapak seperti saya ini.
Pejabat
Terima kasih. Hal ini tentu tidak akan terjadi tanpa dukungan saudara pula. Dan tentu saya tidak akan melupakan jasa-jasa Saudara. Apalagi Saudara telah berperan aktif mendukung kampanye saya.
Keduanya lalu tertawa.
Pengusaha
Pak, sebelumnya saya minta maaf.
Pejabat
Ada apa?
Pengusaha
Kalau boleh tahu, jadwal kerja Bapak seperti apa?
Pejabat
Yang pertama tentu seperti yang pernah saya kampanyekan dulu, yaitu peninjauan ke pasar-pasar tradisional untuk sidak harga sembako.
Pengusaha
Sekali lagi minta maaf ya Pak. Kapan kunjungan Bapak ke pabrik saya?
Pejabat
Oh, soal itu, Saya usahakan secepatnya bisa ke sana. Karena selain itu adalah tugas, saya juga suka dengan batik.
Pengusaha
Wah, bagus itu Pak. Nanti akan saya berikan batik terbaik dari pabrik saya.
Pejabat
Ah, Saudara tidak usah begitu. Sebenarnya, istri saya lebih menyukai batik dari pada saya.
Pengusaha
Itu masalah gampang Pak. Batik buat Ibu saya juga punya koleksi terbaik. Anda bisa membawakannya untuk Ibu.
Pejabat
Saudara tidak perlu repot seperti itu. Tapi sebelumnya, saya berterima kasih dulu. Karena istri saya sangat suka sekali dengan batik. Beliau punya koleksi batik dari beberapa daerah, seperti Pekalongan, Solo, Tuban, bahkan Madura juga punya.
Pengusaha
Brarti Ibu sangat mengerti batik ya Pak.
Pejabat
Bisa di katakan seperti itu.
Pengusaha
Baiklah Pak. Saya kira sampai di sini dulu perbincanga kita kali ini. Saya sangat menikmati kunjungan saya ini.
Pejabat.
Iya. saya juga berterima kasih, Saudara mau mampir ke kantor saya. Untuk masalah kunjungan saya ke pabrik Saudara, akan di beritahukan nanti oleh sekretaris saya. Dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih.

Keduanya berdiri, lalu berjabat tangan. Pengusaha keluar panggung. Lampu mulai redup dan mati.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS