Asriani BAB 3

Asriani BAB 2
Hari berubah dengan semestinya, malam masih tergantikan siang, pagi masih berselang, dan sore tak pernah lupa. Namun manusia masih manusia, yang masih diselubungi oleh nafsu akan sesuatu. Kemudian mati dengan membawa nafsu mereka.

Dari malam ke malam, tak disangka rumah Asriani telah diincar oleh para perampok yang telah siap melahap semua harta di dalam rumahnya. Tak terkira, pada bulan sabit para perampok itu membongkar jeruji-jeruji besi yang melindungi rumah kemudian mereka masuk dengan pedang terhunus di tangan mereka.

Betapa terkejutnya suami Asriani ketika di datangi para perampok saat dia tertidur di samping Asriani. Terdengar pelan namun jelas suara dari salah satu perampok itu,"Diam atau mati!". Dengan rasa terkejut, dan ketakutan sang suami bertanya ,"Apa yang kalian inginkan? Jangan bunuh kami, ambil semua harta yang kalian inginkan......". Di jawab oleh perampok yang lain,"Sekarang kamu bukan pada posisi memilih, jadi diamlah!"

Suami istri itu berpelukan ketakutan. Dari luar kamar, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak "PENCURI! PENCURI!" Maka ramailah suasana di dalam dan di luar rumah itu. Dari luar terlihat ada keramaian, dan tentu saja itu membuat ciut nyali para perampok. Tanpa pikir panjang, salah satu perampok menarik tangan Asriani hingga terlepas dari genggaman suami. Sang suami ingin merebut kembali, tetapi di cegah dengan pedang di depan lehernya.

"Jangan kalian bunuh dia", pinta suami dengan memelas. Tapi sepertinya permintaan itu di acuhkan mereka. Kemudian para perampok keluar lewat pintu belakang, yang ternyata di sana telah menunggu teman mereka yang bertugas membawa kuda. Dan menghilang di kegelapan malam dengan membawa Asriani yang mata dan mulutnya di penuhi oleh kain.

Dalam rumah, suami berteriak," TOLONG! TOLONG! MEREKA MEMBAWA ISTRIKU". Dan semua orang yang sedari tadi bersiaga depan rumah masuk ke dalam, dan mencoba mencari sumber suara. Yang mereka dapati adalah pria paruh baya yang menangisi istrinya. Sebagian pria mengejar para perampok, tapi tidak ada hasil.

Beberapa hari kemudian, suami Asriani masih mengurung diri di dalam kamar. Memikirkan kejadian yang menimpanya, betapa menyedihkan pria itu, yang telah kehilangan harta dan istrinya. Dalam hatinya, lebih baik dia kehilangan nyawa untuk merebutkan istrinya dari pada dia kehilangan semangat hidup dan yang ada hanya penyesalan. Meski pun dia telah menyeruh beberapa orang untuk mencari istrinya, itu tidak bisa mengobati kecemasan yang di deritanya.

Sedangkan pada waktu malam perampokan itu, Asriani yang dibawa oleh para perampok di buang di suatu hutan yang jauh dari tempat tinggalnya, bahkan jauh dari kehidupan manusia, setelah terjadi perdebatan antara para perampok. Dan Asriani waktu itu dalam keadaan takut dan hanya baju tidur yang dia kenakan. Sungguh dia benar-benar sendirian saat itu, selain Tuhan yang meneranginya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manusia.

sedikit saja,
aku inginkan darimu,
bukan kasih sayang atau perhatianmu,
tapi rasa manusia yang telah tenggelam,
jauh dari lubuk hatimu.

Kemudian biarlah ombak bertalu,
genderangkan nyanyian yang tak kamu mengerti,
aku pun tak mengerti.

Masihkah kamu perhatikan,
jangan berpikir sewajarnya,
melainkan sederhana,
dan hanya manusia.

Sulitkah untuk itu?
bila ya, berhentilah jadi manusia.

Paciran, 17 Maret 2012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS