Tiup Lentera Part 1

ADEGAN I
Prolog : Dari kaki bukit berkabut kelam,
turun deras hingga ke ujung sungai,
mata terbelalak karena muram,
berhenti sejenak, berpikir,
dimana ombak padi menguning,
mengapa tumbuh pabrik tinggi,
sudahlah, pagi harus menjadi siang,
tak perlu menjadi merah matamu,
sekarang jagung juga sudah jadi gedung,
nyanyian dan tarian duka,
juga tak beringsut dari tubuh para petani,
serta kuli,
dan juga teman miskin mereka.

(lighting mulai menyala dengan pelan, terlihat seorang lelaki menuruni tangga, matanya melihat sekitar, ditangannya ada kertas skenario, dan sedang dibacanya)

Lelaki : "Aku adalah lelaki. Meski otot tak dari besi, namun lidahku bisa hancurkan baja. Aku sekedar lelaki, tak bertulang karang, tapi hatiku tegas pegang demokrasi. Ini bukan tentang negara dan kemerdekaannya, tapi hanya tentang aku adalah lelaki.
(diulang-ulang hingga sampai rumah)

(Di rumah itu ada seorang ibu sedang menangis pelan)

Lelaki : (Terkejut)" Ada apa Bu?"
Ibu : (Melihat ke arah lelaki) "Ayahmu...." (terputus dan menangis) "...disana...." (menunjuk ke sebuah rumah)

(Lelaki keluar dan melihat rumah yang ditunjuk ibunya dan di dapatinya keramaian dan sang ayah telah menikahi istri yang baru)

Lelaki : "Ayah!!!" (membentak)
(Yang di panggilnya ayah terlihat kaget dan melihat ke arah lelaki dengan tajam)
Ayah : (membalas membentak) "Pulang!!")
Lelaki : "Gila!" (kembali masuk kedalam rumah)

(Lighting mulai redup tapi isakan tangis sang ibu masih terdengar sesenggukan, hingga lighting menjadi gelap)

Lelaki : " Aaaarrrrggghhhh.....................
perbuatan karena nafsu,
perbudakan akan hasrat,
kesenangan semata duniawi,
bukan pertarungan hidup yang di isukan,
tapi, mengapa semua menjadi berantakan,
mana hatimu, hai manusia?"

ADEGAN II
(Masuk lelaki dan perempuan terlihat sedang melakukan kesenangan-kesenangan mereka)
Perempuan : "Mengapa kamu mengajakku keluar? Bukankah pestannya belum selesai?"
Lelaki : "Aku sudah puas dengan kebisingan mereka aku hanya ingin berpesta denganmu kali ini. Apakah kamu siap denganku?"
Perempuan : "Kapanpun kamu inginkan, aku akan selalu ada untukmu."
Lelaki : (Membelai wajah dan rambut perempuan) "Aku ingin bacakan puisi."
Perempuan : "Baiklah, aku dengarkan"
Lelaki : "Kuda hitam binal menjulurkan lidahnya,
bukan lelah, bukan nafas tersengal,
ingin buktikan kepada anjing-anjing,
aku juga punya lidah ini,
lalu menerjang pintu,
lewati pagar-pagar berduri,
taklukan kelam malam menanarkan mata,
aku tidak lahir dari sini dan ini,
tapi kenapa jaring-jaring merekat erat,
menjebak, mengikat, mengurung,
tak bisa melihat harus kemana,
aku kuda hitam binal,
aku bukan kamu anjing."
Perempuan : (memeluk tubuh lelaki seolah ingin menenangkannya, dan tersenyum)

(Kemudian keduanya mulai terbawa nafsu dan masuk ke dalam siluet yang mneyembunyikan kedua tubuh mereka yang semakin mesum)
Part 2

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Anda tinggalkan komentar Anda di sini, saya akan secepatnya menanggapi komentar Anda. Terima kasih.